regu mekanik sedang memadatkan balas.
Puasa memang ibadah wajib bagi seorang muslim, dan itu tidak
akan pernah penulis bantah sekalipun, sampai kapanpun. Di sini penulis hanya
ingin menceritakan pengalaman penulis, sebagai seorang muslim, iman yang masih
tipis, dan pekerja kasar. Yang apabila tidak bekerja maka akan berakibat tidak
akan mendapat upah. Dan memang pekerjaan itu, apabila tidak di kerjakan, akan
membahayakan bagi orang lain.
Penulis pernah bekerja sebagai anggota regu mekanik
perawatan jalan rel. Semua tahu, bahwa rel 95% adalah di luar gedung, tidak ada
atapnya, alias di ruang terbuka yang pasti tersinari oleh matahari langsung. Dan
pekerjaan kami adalah memperbaiki keadaan jalan rel agar nyaman di lewati oleh
kereta api. Dan jam kerja kami adalah pukul 7 pagi hingga 3 sore bahkan bisa
lebih, bila di perlukan dalam keadaan dianggap bahaya.
Kami bekerja harus dengan segera dan cepat, mengingat kami
tidak di beri waktu jeda oleh kereta api yang akan lewat. Maksudnya pekerjaan
kami tidak seperti pekerjaan dinas pekerjaan umum yang menangani proyek jalan
aspal, yang bisa memabgi jalan apabila ada pekerjaan jalan. Kami harus tetap
melewatkan kereta api dengan kecepatan yang sama, dan harus teap bekerja untuk
memperbaiki jalan tersebut. Jadi kami bekerja berpacu dengan jadwal kereta api.
Bayangkanlah pekerjaan kami, mengangkat rel, memasukkan balas/batu
split kedalam bantalan dengan alat sejenis pancong berkepala bodhem, yang
beratnya lebih dari 5kg, di angkat dan di pukulkan kebalas agar masuk ke bawah
bantalan, berkali-kali. Di bawah terik matahari pukul 8 pagi hingga 11 siang. Kemudian
mengangkut peralatan yang berat kesemuaanya lebih dari 100kg, untuk kemudian
pindah/geser ke tempat lain/titik lain yang di anggap memerlukan perawatan.
suasana lapangan.
Belum lagi kami menangani pekerjaan langsiran balas, kurasan
kantong balas dan lain-lainnya yang tentunya tidak bisa di bayangkan dan di
ceritakan, kalau tidak melihat sendiri. Yang pada intinya, semua pekerjaan kami
memerlukan tenaga yang lebih dan kondisi badan yang fit, benar-benar menguras
tenaga.
Bagaimana kami akan menjalankan puasa dalam kondisi demikian..??
Penulis sendiri pernah berusaha puasa, dan ternyata tidak
kuat dan memang sangat berat menjalankan puasanya. Penulis sangat malu
sebenarnya, apabila istirahat, kami semua makan di warung pada saat orang-orang
sedang menjalankan puasa. Sepertinya kami adalah orang-orang yang tidak tahu
diri. Dan tidak mau menjalankan ibadah wajib itu.
Sebenarnya penulis tidak ingin beralasan, tapi begitulah
keadaan pekerjaan penulis dan rekan-rekan di regu mekanik perawatan jalan rel. Dan
itu adalah kewajiban kami sebagai pekerja, dan dengan itu kami mendapatkan upah
dan dengan upah itu kami membiayai keluarga kami.
Semoga pembaca yang budiman, setelah membaca tulisan saya
ini. Bisa maklum adanya, juga maklum kepada pekerja-pekerja kasar seperti kami
di lain tugas dan jenis pekerjaan. Seperti pekerja bangunan di proyek-proyek,
tukang batu, tukang becak dan pekerja kasar lainnya yangtidak penulis ketahui
jenisnya.
Sungguh dalam hati penulis sangat sedih, tidak bisa
mengerjakan ibadah wajib itu, yang pahalanya bisa menghapus dosa dan memasukkan
kita ke syurga, nanti setelah kematian menjemput. Namun apalah daya kami, yang
hanya kuli kecil yang patuh terhadap perintah atasan, yang keadaanya memang
demikian.
Semoga kami di ampuni atas dosa-dosa kami, dan di kuatkan
iman kami dan juga di beri kesempatan untuk menjalankan puasa entah di taun kapan. Amien...
No comments:
Post a Comment