Masa ujian telah lewat, masa ppendaftaran juga sudah lewat. Sekarang
tinggal masa daftar ulang bagi mereka yang sudah di terima. Dan di setiap
sekolahan berbeda dalam kebijakkannya dalam memberikan peraturan bagi siswa pendaftar
ulang. Mulai dari yang sangat familier hingga yang sangat absolut. TIDAK LUNAS,
maka di ganti siwa cadangan yang lain.
Berikut adalah salah satu lembar kwitansi yang di keluarkan oleh salah satu sekolah negeri di daerah.
kwitansi pendaftaran ulang.
Sekolah ini termasuk yang termutrah dalam hal biaya
pendaftaran ulangnya. Jumlah total kwitansi di atas adalah Rp 2.657.000,- .
kalau di sekolah lain bahkan sampai Rp. 5.000.000,-. Perlu di ketahui juga, ini
adalah sekolah di kota kecil, bagaimana kalau di sekolah kota pilihan dan
sekolahan favorit, seperti yogya, semarang, atau purwokerto. Ada kabar burung,
sampai puluhan juta rupiah.
Apakah sebegitu mahalkah biaya pendidikan kita, atau hanya
sekedar pasang tarif yang dengan itu seolah-olah menunjukkan bahwa sekolah itu
adalah sekolah orang-orang kaya..? yang sebenarnya tujuan pendidikan adalah
sama ( tentunya ) yaitu mencerdaskan manusia. Agar tidak tertinggal sumber daya
manusianya.
Setelah lulusanpun, belum tentu, murid yang beajar di
sekolah unggulan akan unggul di masyarakat. Atau sebaliknya, murid yang sekolah
di sekolahan biasa kalah dengan murid yang lulusan di sekolah unggulan? Sama saja
bukan?
Sebaiknya kita sudah meninggalkan budaya gengsi bersekolah
ternama dan unggulan. Semua tergantung dari si murid/anak itu sendiri dalam
mnyerap pelajaran. Dan tinggalkan pula budaya sekolah yanga asal mendapatkan
ijasah, dan hanya mendapatkan ijasah untuk kerja saja. Hal ini yang menimbulkan
kecurangan-kecurangan di dunia pendidikan. Salah satunya adalah pemalsuan
ijasah. Di seluruh jenjang pendidikkan. Sangat di sesalkan bukan..??
Bersekolahlah di sekolah yang sewajarnya saja, dan pilihlah
sekolah yang benar-benar berkualitas gurunya, terutama moral para gurunya. Yang
tidak mengutamakan gengsi pada hasil akhir, tapi mengutamakan proses yang
matang walau lambat. Agar terlahir generasi-generasi yang bermoral baik dan
cerdas asli, bukan “cerdas dongkrakan”.
No comments:
Post a Comment